KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Pemerintah Kabupaten Toraja Utara menandatangani naskah kerjasama (memorandum of understanding) Pengembangan Kopi Adaptif dengan Konsorsium Yaku-Payopayo, Selasa, 5 Juni 2024.
Penandatangan kerja sama dilaksanakan di sela-sela kegiatan Kick Off Meeting: Penguatan Ketahanan Kelompok Perhutanan Sosial Terhadap Perubahan Iklim Melalui Pengembangan Kopi Adaptif.
Pihak Pemkab Toraja Utara diwakili Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Amos Sarungallo dan Direktur Konsorsium Payopayo, Angga Pratama Syamsuddin.
Untuk diketahui, Konsorsium Yaku Payopayo merupakan organisasi non-pemerintah dengan beranggotakan Yayasan Aku Rimba Indonesia dan Sekolah Rakyat Petani (SRP) Payo-Payo yang ditunjuk menjadi pelaksana program Pengembangan Kopi Adaptif di Toraja Utara. Pendanaan program bersumber dari Dana Kerja Sama Republik Korea (ROK) (BKCF) Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Amos Sarungallo menyambut baik atas dipilihnya Toraja Utara sebagai daerah pelaksanaan program.
“Penandatanganan kerja sama program dengan konsorsium ini menjadi salah satu wujud dukungan pemerintah Kabupaten Toraja Utara memajukan kopi sebagai komoditas perkebunan unggulan yang diharapkan dapat meningkatkan antusiasme dan kesejahteraan petani kopi,” kata Amos Sarungallo.
Program Pengembangan Kopi Adaptatif akan dilaksanakan pada 5 Lembang di Toraja Utara, yakni Lembang Nanna Nanggala, Lembang Karre Penanian, Lembang Basokan, Lembang Sa’pan Kua-Kua, dan Kelurahan Bokin.
Output yang akan diperoleh dari program ini yaitu 500.000 bibit Kopi Adaptif yang tahan terhadap perubahan iklim; Fasilitas laboratorium dan pembibitan untuk pengembangan kopi adaptif; Produk kopi reguler yang kompetitif dan terjangkau untuk semua orang, dan Platform Sistem Informasi Desa.
Selain karena dikenal sebagai produsen Kopi berkualitas terbaik, Kabupaten Toraja Utara terpilih menjadi satu-satunya daerah di Sulawesi sebagai lokus pengimplementasian program ini dengan melihat sebaran tanaman kopi di Toraja Utara yang sebagaian besar berada di dalam kawasan hutan.
Di samping itu juga diketahui bahwa produksi kopi dari Toraja Utara mengalami penurunan signifikan yang pada tahun 2021 mencapai 7.211 ton turun 28% di tahun 2023 menjadi 5168 ton. Olehnya, melalui program ini produksi kopi dari Toraja Utara dapat mengalami peningkatan dan turut berimplikasi pada kesejahteraan petani kopi. (*)
Penulis: Desianti/Rls
Editor: Arthur
Komentar