KAREBA-TORAJA.COM, REMBON — Penganut Agama Hindu Alukta (Parandangan) di Bua’ Kandeapi, Lembang Sarapeang, Kecamatan Rembon, Tana Toraja melaksanakan ritual Ma’Bugi’ setelah lebih dari 13 tahun lalu ritual ini dilakukan.
Ritual Ma’Bugi’ ini dilaksanakan untuk memenuhi nazar penganut Aluk Todolo bahwa jika dalam Bua’ Kandeapi (Lembang Sarapeang) tidak ada yang terkena wabah penyakit, maka mereka akan melakukan Ritual Bugi’ (Dilolokki Bugi’).
Sebelumnya di awal penyebaran pandemi Covid 19, penganut Aluk Todolo di Sarapeang berkumpul bersama untuk berembuk menghadapi pandemi Covid 19 kala itu.
Ritual Bugi’ ini menampilkan Seni Unnondo (Bugi’), Ma’Bebe, Ma’Gelong Metamba Deata & Ma’palimbong Deata dan atraksi Kandeatan serta penyembuhan penyakit dengan menggunakan Daun Tabang (Lenjuang) oleh orang yang Kandeatan (kemasukan roh Dewata menurut keyakinan Aluk Todolo).
Ritual ini dilaksanakan di Tokkonan Indo’ Deata, Longdo, Bua’ Kandeapi sebagai Tongkonan pemimpin ritual Aluk Rambu Tuka’ dan tempat bertanya seputar adat dalam lingkup wilayah Sarapeang.
Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat Lembang Sarapeang yang dengan antusias saling membantu demi terlaksananya ritual ini.
Penganut agama lain pun hadir membantu penganut agama Aluk Todolo, sebagai bentuk rasa toleransi dalam hubungan sosial kemasyarakatan.
Masyarakat berharap, event seperti ini bisa dijadikan kalender tahunan sebagai Ajang Wisata Atraksi yang akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Toraja.
Dibalik kegiatan ini, pemerintah Lembang Sarapeang menegaskan bahwa yang boleh hadir di lokasi adalah warga masyarakat yang telah divaksin dan tidak sedang menderita sakit penyakit.
Kepala Lembang Sarapeang, Hariyanto Talondong mengatakan kegiatan Ma’bugi’ ini dilaksanakan oleh saudara kita penganut Alukta dengan tujuan memala’ atau menyembah agar selalu diberkati dan dilindungi dari segala bencana terlebih khusus virus Covid-19.
“Tahun lalu saudara-saudara kita ini juga melakukan kegiatan Ma’rinding dengan maksud agar Covid-19 cepat berlalu. Hampir sama dengan tujuan Ma’bugi’ supaya Covid-19 cepat berlalu dan terhindar dari masyarakat,” terang Hariyanto, Jumat, 11 Maret 2022.
Acara Ma’bugi’ ini, menurut infomasi yang diperoleh Hariyanto dari pengurus di Bua’ Kandeapi terakhir dilaksanakan tahun 1993 di tempat yang sama. “Artinya saya baru umur 3 tahun. Makanya saya mendukung penuh kegiatan ini karena menurut saya walaupun kita beda kepercayaan tapi tujuannya baik dan sama untuk Puang dao tanga na Langi’ (Tuhan Yang Maha Esa),” tutur Hariyanto lebih lanjut.
Disamping itu, lanjut Hariyanto, ritual Ma’bugi’ ini sudah sangat langka dan juga merupakan salah satu budaya dan adat Tana Toraja yang sudah jarang didapati dan dilihat secara langsung oleh anak muda Toraja masa kini. Sehinga bisa memberi pemahaman bagi mereka yang belum mengerti dan memahami betul mengenai agama Hindu Alukta. (*)
Ditulis oleh Budayawan Muda, Anta Masakke/Lembang Pong Qinaya
Foto: Anta Masakke
Editor: Arthur
Komentar