KAREBA-TORAJA.COM, JAKARTA — Menjelang hari raya Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih, aksi teror kembali terjadi di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Beberapa orang tak dikenal, yang diduga merupakan anggota Kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora, kembali melakukan teror dan pembantaian sadis terhadap empat warga sipil, pada Selasa, 11 Mei 2021 di Kalemago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Kelompok itu membantai warga secara sadis dan memenggal leher empat petani tak berdosa yang sedang mengais rezeki di kebun milik mereka.
Keempat warga yang mengalami nasib naas tersebut, masing-masing Marthen Solon, 52 tahun, Simson Susah atau Ne’ Uban, 62 tahun, Paulus Papa, 42 tahun dan Lukas Lese’, 50 tahun. Keempatnya adalah warga keturunan Toraja yang sudah lama bermukim di daerah itu.
Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI, melalui Sekretaris Jenderal, David Payung, menyatakan keprihatinan, dukacita, dan kemarahan yang sangat, atas peristiwa yang terus berulang dan terjadi oleh kelompok teroris yang sama, Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
“Untuk kesekian kalinya kelompok ini berulah. Membunuh dan membantai warga sipil tak berdosa. Kejadian kali ini sama dengan sebelumnya yang terjadi Desa Palolo, Kabupaten Sigi,” tegas David Payung, dalam rilis tertulis ke redaksi kareba-toraja.com, Rabu, 12 Mei 2021.
David, yang juga menjabat Wakil Ketua Umum DPP BARAJP (Barisan Relawan Jokowi Presiden) mengatakan bahwa kelompok teroris yang berjuang atas dasar ideologi agama adalah musuh terhadap Pancasila dan NKRI yang merongrong dalam tubuh negara Indonesia atau rongrongan internal terhadap pertahanan dan ketahanan negara.
“Ini sudah masuk domain Menteri Pertahanan. Tidak bisa hanya ditangani kepolisian atau BNPT saja karena kelompok MIT adalah kelompok bersenjata yang terlatih dan menggunakan teknik perang gerilya dengan basis di pegunungan di Sulawesi Tengah,” tandas David.
Menurut David, dihentikannya Operasi Tinombala dan diganti Operasi Madago Raya yang lebih soft membuat kelompok teroris ini makin merajalela. “Perangkat negara di bawah Menteri Pertahanan harus serius, sistematis, dan masif untuk melakukan pembersihan terhadap seluruh gerakan teror di tanah air, baik yang ada di Papua, Poso, dan tempat lain di wilayah kedaulatan RI,” tegas David.
Aktivis 98 ini juga mengatakan bahwa gerakan teroris di Poso yang sudah menancapkan kuku selama 16 tahun telah melakukan pembantaian secara berulang dan cara yg sadis namun hingga hari ini belum mampu diberantas dan terus menebar maut dan mencabut nyawa rakyat sipil.
“Teror KKB Papua dan kelompok ideologis di Poso adalah peristiwa tragis yang sudah harus menjadi domain tugas dan tanggung jawab Kementerian Pertahanan, karena terkait pertahanan dan keselamatan negara,” kata David.
Mantan pimpinan aktivis mahasiswa dari kelompok Cipayung ini mengatakan negara harus hadir menegaskan supremasinya dan mempertaruhkan apapun demi keselamatan rakyat Indonesia. Salus Populi Suprema Lex (Keselamatan Rakyat adalah hukum tertinggi) , seluruh kekuatan negara bisa diturunkan demi kedaulatan negara dan keselamatan rakyat Indonesia. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur
Komentar