KAREBA-TORAJA.COM, MAKALE — Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara merupakan dua kabupaten yang mempunyai angka prevalensi stunting yang tinggi, jika dilihat dari standar World Health Organization (WHO).
Berdasarkan data Kemenkes RI, Kabupaten Tana Toraja mempunyai angka prevalensi stunting 29.2% dan Toraja Utara dengan prevalensi stunting 32,6 %. Angka ini masih termasuk kategori tinggi menurut WHO.
Melihat kondisi ini, Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI, Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK turun langsung ke Toraja untuk melakukan Bimbingan Teknis dan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting.
“Tempatnya memang di Provinsi Sulawesi Selatan, tapi saya pilih Toraja karena angka prevalensi stunting yang masih tinggi,” tutur Jelsi Natalia, yang merupakan pejabat Kemenkes RI asal Toraja ini.
Menurut Jelsi Marampa, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kita harus mampu menurunkan angka prevalensi stunting mencapai 14% tahun 2024. “Untuk mencapai target 14% tersebut, Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan target 18,9% tahun 2023 dan turun menjadi 14% tahun 2024,” tutur putri dari budayawan Toraja, A.T Marampa ini.
Kegiatan Bimbingan Teknis dan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting ini dilaksanakan selama dua hari, 18-19 Juli 2022 di Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.
Kegiatan ini dihadiri oleh Tim Stunting Sulawesi Selatan yang terdiri dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Bapppeda Sulwesi Selatan, dan Poltekkes Makassar sebagai perwakilan perguruan tinggi. Hadir juga peserta dari Kabupaten Tana Toraja yang terdiri dari Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Tana Toraja, Tim Percepatan Penurunan stunting keamatan, Tim Percepatan Penurunan stunting desa, Kepala Puskesmas dan Para Kepala OPD Kab Tana Toraja.
Kegiatan Bimbingan Teknis dan Monitoring dan Evaluasi di Kabupaten tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi Rapat koordinasi dengan semua OPD di Kabupaten Tana Toraja, penyerahan secara simbolis alat antropometri kepada Dinas Kesehatan Tana Toraja, dan kunjungan ke desa lokus stunting tertinggi, yakni Lembang Marinding serta dialog dengan keluarga dan balita stunting.
Saat melakukan kunjungan ke salah satu Lembang dengan angka stunting tinggi, yakni Lembang Marinding, dimana terdapat 50 balita stunting di Lembang tersebut, Jelsi memberikan informasi terkait pencegahan stunting kepada ibu balita. Hadir sekitar 45 balita stunting dan juga penimbangan dan pengukuran tumbuh kembang balita stunting.
Menurut Jelsi Marampa, salah satu pernyebab tingginya angka stunting di Lembang Marinding adalah pemahaman masyarakat yang kurang tentang pentingnya gizi seimbang bagi tumbuh kembang balita.
“Rata-rata ibu yang hadir menyampaikan bahwa mereka tidak pernah memberikan daging kepada anak mereka karena takut anaknya cacingan, padahal kita ketahui bersama bahwa untuk mendapatkan daging sebagai konsumsi harian di masyarakat Toraja tidak sulit dan tidak harus selalu dibeli karena mereka bisa mendapatkannya dalam pembagian daging bila ada ada upacara adat Rambu Solo’ di daerahnya,” terang Jelsi.
Selain melakukan Bimbingan Teknis dan Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Tana Toraja, Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan promosi Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK juga menyempatkan melakukan advokasi kepada Bupati Toraja Utara, yang diwakili oleh Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Palimbong selaku Ketua Tim percepatan penurunan Stunting Kabupaten Toraja Utara, didampingi oleh Kepala Dinas KB Kabupaten Toraja Utara, dr. Lina Rombe.
“Tujuan advokasi kepada Kabupaten tana Toraja adalah untuk meningkatkan pembangunan kesehatan di Toraja Utara khususnya dalam upaya percepatan penurunan stunting dari 32.6 % menjadi 14 % tahun 2024. Perlu komitmen yang tinggi dari pemerintah daerah dalam percepatan penurunan stunting di daerahnya,” tegas Jelsi Marampa.
Menurut Jelsi, permasalahan stunting saat ini masih menjadi tantangan kita bersama, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia khususnya di negara-negara berkembang. Indonesia masuk dalam katagori tinggi prevalensi stuntingnya yakni 24.4 % (SSGI 2021).
“Meskipun sudah mengalami penurunan selama satu dekade ini, namun masih diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan dengan komitmen bersama dari seluruh komponen agar terjadi penurunan 3,35% per tahun sehingga tercapai target 14% tahun 2024 sesuai target yang telah ditetapkan Presiden,” katanya.
Lebih lanjut Jelsi menjelaskan bahwa dalam upaya percepatan penurunan stunting, Gubernur Sulawesi selatan telah membuat suatu terobosan “Pengangkatan Tenaga Gizi pendamping Desa“ dengan pembiayaan APBD Provinsi Sulawesi Selatan yang telah ditempatkan pada kabupaten/kota dengan jumlah stunting tinggi, termasuk Tana Toraja dan Toraja Utara. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur
Komentar