KAREBA-TORAJA.COM, GANDANGBATU SILLANAN — Beberapa waktu lalu, sebuah foto yang menampilkan rumah adat Toraja dengan tiga longa viral di media sosial.
Foto Tongkonan ini jadi bahan perbincangan netizen karena unik dan penampilannya berbeda dengan Tongkonan kebanyakan di Toraja.
Lalu, bagaimana ceritanya sehingga ada tiga Tongkonan di daerah Gandangbatu Sillanan yang berarsitektur unik seperti itu?
Abe’ Assa’, salah anggota keluraga dari Tongkonan Kamban, menjelaskan bahwa Tongkonan dengan tiga longa ini sudah ada sejak dahulu kala di kalangan Toraja, khususnya di wilayah Sillanan, Kecamatan Gandangbatu Sillanan saat ini.
Menurut Abe’ Assa’, dahulu, Tongkonan dengan tiga loga ini ada sekitar 30-an buah yang tersebar di wilayah Sillanan dan Pemanukan (MA’ DUANG TONDOK).
“Tongkonan dengan tiga loga ini dinamakan Banua Ganna’ Lesoanna (Banua Dilesoanni) karena sudah terpenuhi proses dalam ruangan Tongkonan, yaitu memiliki Sumbung (kamar tidur), Kalebanua (dapur), Bo’do’ (ruangan tamu dan tempat musyawarah),dan Palangka (tempat khusus pimpinan rapat),” urai Abe’ Assa’ kepada Abdul Munir dari kareba-toraja.com, yang mewawancarainya di sela-sela ritual Ma’bumbun Dapo’, Tongkonan Kamban Sillanan, Sabtu, 29 Mei 2021.
Menurut Abe’ Assa’, sebelumnya, masyarakat Sillanan juga membangun Tongkonan dengan dua longa (seperti kebanyakan Tongkonan di Toraja). Tetapi hanya 2 bidang yaitu Kalebanua dan Sumbung. Karena ada perkembangan dan penambahan anggota keluarga dan kebutuhan termasuk bermusyawarah Keluarga Tongkonan, sehingga dianggap tidak cukup dalam Tongkonan.
“Makanya keluarga sepakat untuk menambah satu atau dua bidang yang di beri nama Bo’do’ dan Palangka dan ditambah satu loga rumah Tongkonan dan akhirnya menjadi tiga loga,” katanya.
Menurut Abe’ Assa’ Tongkonan Di Sillanan memiliki dua gaya arsitektur, yaitu Banua Dilesoanni dan Banua Sirumbang. Dalam perkembangannya teradopsi dari Tallulembangna dan To Pitu Penanian maka ada lagi Rumah Diposi’.
Tongkonan tiga longa ini dinamakan Banua Ganna’ Tongkonan Kamban memang memiliki 1 Tongkonan yang berlonga tiga tapi karena adanya renovasi dari keluarga makanya loganya menghilangkan loganya 1 karena biaya yang kurang dari keluarga dan mereka berjanji jika biaya sudah cukup nanti akan membuat Tongkonan seperti yang dulu.
Abe’Assa’ menerangkan bahwa Tongkonan Kamban ini memiliki makna tertentu, diantaranya adalah bahwa kita sebagai manusia tidak langsung besar, harus berawal dari kecil, muda, hingga dewasa.
“Dan apa yang dirasakan orang tua kami terdahulu, demikian pula yang kami rasakan. Makanya kami kembalikan apa yang ditinggalkan orang tua kami, yakni membangun Tongkonan dengan tiga longa,” pungkas Abe’ Assa’. (*)
Penulis: Abdul Munir
Editor: Arthur
Komentar