KAREBA-TORAJA.COM, MAKALE — Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Toraja merasa nilai prihatin atas arah dan kualitas diskusi yang terjadi pada Debat Publik pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tana Toraja Pilkada 2024, yang berlangsung di Gedung Tammuan Mali’ Makale, Rabu, 6 November 2024.
PMKRI, sebagai organisasi yang fokus pada pembinaan dan pengembangan nilai-nilai kritis serta kepemimpinan, merasa bahwa debat tersebut telah gagal memberikan wawasan substansial yang diharapkan oleh para pemilih, khususnya para pemilih rasional yang ingin mendapatkan gambaran konkret terkait visi pembangunan daerah.
Dalam siaran pers yang diterima redaksi KAREBA TORAJA, PMKRI Toraja mencatat beberapa poin kritis yang disoroti, diantaranya:
- Ketidakjelasan Master Plan pembangunan lima tahun ke depan. Debat calon pemimpin semestinya menjadi ajang bagi kandidat untuk memaparkan rencana strategis jangka panjang mereka. Namun, para kandidat tidak secara jelas membahas atau menguraikan visi dan misi pembangunan Tana Toraja dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Ketiadaan pembahasan ini membuat pemilih kesulitan memahami bagaimana mereka akan membawa perubahan dan kemajuan bagi Tana Toraja.
- Minimnya Konsep Pembangunan Pariwisata yang Komprehensif: Sebagai salah satu sektor unggulan di Tana Toraja, pariwisata seharusnya menjadi perhatian utama dalam debat. Namun, minimnya pembahasan mengenai strategi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan menunjukkan ketidakseriusan kandidat dalam mengembangkan sektor yang sangat potensial ini. Kegagalan mengulas konsep pembangunan pariwisata berdampak pada ketidakjelasan arah pengembangan ekonomi daerah yang diharapkan dari sektor tersebut.
- Kurangnya Perhatian Terhadap Strategi Pembinaan Generasi Muda: PMKRI Toraja juga menilai bahwa tidak ada penekanan dalam debat terhadap strategi membangun kapasitas dan keterampilan generasi muda. Tana Toraja membutuhkan pemimpin yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan pemuda sebagai aset masa depan. Namun, absennya perbincangan ini memperlihatkan kurangnya visi kandidat dalam memastikan generasi muda memiliki peran signifikan dalam pembangunan daerah.
- Pengabaian Terhadap Strategi Pembangunan Pendidikan yang Lebih Unggul: Pendidikan yang berkualitas adalah fondasi bagi masa depan yang cerah. Sayangnya, tidak ada pembahasan konkret mengenai strategi hingga teknis pembangunan sektor pendidikan yang lebih unggul. Para kandidat seharusnya dapat memberikan gambaran jelas tentang bagaimana mereka akan meningkatkan akses, kualitas, dan pemerataan pendidikan di Tana Toraja.
- Debat Sebagai Ajang Serangan Pribadi: Sebagai panggung publik yang seharusnya menjadi media edukasi politik bagi masyarakat, debat ini justru digunakan oleh para kandidat untuk saling menyerang secara pribadi. Hal ini sangat disayangkan karena bertolak belakang dengan tujuan debat yang seharusnya memberikan kesempatan bagi pemilih untuk memahami visi dan program kerja yang ditawarkan secara objektif. Akibatnya, debat ini justru bisa menjadikan pemilih rasional semakin apatis dan mempertimbangkan untuk tidak berpartisipasi (golput) dalam pemilihan nanti.
Melihat situasi ini, PMKRI Toraja menekankan bahwa penting untuk ada debat ke-2 diselenggarakan oleh KPUD Tana Toraja. Kami menilai bahwa Debat kandidat perlu difokuskan kembali pada substansi visi, misi, dan program kerja yang jelas dan terukur. PMKRI berharap agar debat selanjutnya bisa lebih konstruktif dan berorientasi pada gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan daerah, bukan sekadar ajang mempertontonkan konflik antarpribadi. Ini penting agar masyarakat, terutama pemilih rasional, dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang utuh terhadap masa depan Tana Toraja di bawah kepemimpinan yang akan datang. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur
Komentar