KAREBA-TORAJA.COM, MANOKWARI — Acara puncak Mangrara Banua atau Peresmian Rumah Adat Tongkonan milik Ikatan keluarga Toraja Kabupaten Manokwari dan Rumah Kaki Seribu (Mod Aku Aksa), Senin, 9 Mei 2022, dimeriahkan dengan arakan-arakan puluhan Lettoan.
Sekitar 60 Lettoan yang dibuat oleh kerukunan-kerukunan, kelompok, maupun perorangan diarak ke halaman rumah adat yang terletak di Kampung Soribo, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari.
Meski untuk membuat satu buah Lettoan bisa menghabiskan biaya di atas Rp 10 juta, namun demi kelestarian budaya tidak sedikit dari masyarakat Toraja yang ada di Manokwari tetap bersemangat menampilkan Lettoan pada acara peresmian Tongkonan IKT Manokwari dari kantong pribadinya.
Salah satu anak muda yang ikut terpanggil untuk memeriahkan acara peresmian Tongkonan Ikatan Keluarga Toraja Manokwari dan Rumah Kaki Seribu di Kampung Soribo, Kabupaten Manokwari, itu adalah Yosi Liling, ST. Karena masih lajang, Yosi Liling mengajak serta beberapa pemuda dan rekannya untuk mengusung lettoan tersebut.
Yosi Liling menyebut, keikutsertaannya dalam pawai Letton tersebut tidak lain dan tidak bukan karena didorong oleh keinginan besar untuk melestarikan budaya Toraja, sekaligus memperkenalkannya kepada orang lain.
“Sebagai generasi Toraja, kita semua tahu, bahwa Lettoan mengandung makna yang dalam. Salah satu diantaranya adalah pengharapan kelangsungan hidup yang lebih baik. Arak-arakan sendiri juga dimaknai sebagai simbol kesuksesan, bahwa hari ini kita telah sukses membangun sebuah rumah tongkonan bagi kita semua yang ada di Manokwari,” tutur Yosi.
Selanjutnya, kata dia, melestarikan budaya adalah tanggung jawab kita sebagai generasi penerus Toraja. “Kebetulan ada rejeki, maka saya merasa terpanggil untuk turut serta memeriahkan acara peresmian bersama,” terang Yosi, yang juga merupakan Ketua Ikatan Pemuda Toraja Manokwari tersebut.
Pada kesempatan itu, Yosi berharap agar kelangsungan hidup masyarakat Toraja yang ada di perantauan, khususnya yang ada di Kabupaten Manokwari, semakin baik ke depan, sebagaimana makna dari kegiatan mengarak Lettoan pada acara peresmian tersebut, semangat melestarikan budaya baik budaya Toraja sebagai warga Toraja maupun budaya Papua sebagai warga Toraja yang ada di Papua khususnya di Manokwari.
“Karena kita adalah orang Toraja yang ada di tanah Papua maka secara otomatis kita memiliki tugas yang ganda dalam hal pelestarian budaya. Bila ada kesempatan, kita juga punya tanggung untuk melestarikan budaya daerah dimana kita tinggal,” katanya.
Lettoan yang adalah sebuah miniatur rumah Toraja dari bambu yang digunakan untuk mengarak Babi. Kegiatan tersebut bagi masyarakat Toraja memiliki tiga makna kehidupan, yaitu bentuk syukur kesuksesan, sebagai sumber cahaya, dan sebagai pengharapan kelangsungan hidup yang semakin baik. Berkembangnya zaman mengarak lettoan kemudian dipandang sebagai upaya pelestarian budaya.
Bagi warga Toraja, mengarak lettoan merupakan kegiatan yang sudah rutin dilakukan pada saat melaksanakan peresmian rumah atau gedung tertentu. Namun di kabupaten Manokwari ini merupakan kali pertama dilakukan. (*)
Penulis: SB/Desianti
Editor: Arthur
Komentar