Dosen UKI Toraja Terlibat Riset Nasional Bersama AMAN: Dokumentasi Dampak Perubahan Iklim di Wilayah Adat
- account_circle Arsyad Parende
- calendar_month Jum, 15 Agu 2025
- visibility 1.437
- comment 0 komentar

Tim Riset UKI Toraja, Lantana Dioren Rumpa, S.Kom., MT dan Prajman Evansi Pasambo, S.Hut., MP memaparkan hasil riset bertema Indigenous Led Research on Loss and Damage for Climate Change. (Foto/Istimewa)
KAREBA-TORAJA.COM, BOGOR — Dosen Universitas Kristen Indonesia Toraja (UKI Toraja) terlibat dalam riset skala nasional bertema Indigenous Led Research on Loss and Damage for Climate Change.
Riset ini digagas oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan melibatkan enam wilayah adat di Indonesia, masing-masing didampingi perguruan tinggi sebagai motor riset.
Enam wilayah adat tersebut adalah:
1. Masyarakat Adat Dayak Ketungau, Kampung Belandung, Sekadau, Kalimantan Barat – Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK)
2. Masyarakat Adat Toraja, Sulawesi Selatan – Universitas Kristen Indonesia Toraja (UKI Toraja)
3. Masyarakat Adat Mairosi, Papua – Universitas Papua (UNIPA) Manokwari
4. Masyarakat Adat Negeri Haruku, Maluku – Universitas Pattimura (UNPATTI)
5. Masyarakat Adat Suku Sakai, Riau – Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai (UPTT)
6. Masyarakat Adat Kasepuhan Bayah, Banten – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA)
Lokakarya metodologi riset digelar di Bogor pada 13–14 Agustus 2025, dihadiri perwakilan dari keenam Perguruan Tinggi serta delegasi masing-masing komunitas adat.
Dari AMAN Toraja, hadir Romba’ Sombolinggi’ yang mendampingi tim UKI Toraja yang diwakili oleh Lantana Dioren Rumpa, S.Kom., MT dan Prajman Evansi Pasambo, S.Hut., MP.
Lantana Dioren Rumpa selaku Dosen UKI Toraja yang hadir dalam lokakarya tersebut mengatakan penelitian ini bertujuan mendokumentasikan loss and damage atau kerugian dan kerusakan yang dihadapi masyarakat adat akibat perubahan iklim, sekaligus menjadi evidence-based advocacy untuk mendorong kebijakan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat adat.
“Riset ini diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai potensi ancaman perubahan iklim terhadap wilayah adat mereka” urai Lantana Dioren Rumpa.
Dioren Rumpa mengatakan pendekatan penelitian ini mengutamakan kepemimpinan masyarakat adat sendiri, sehingga data dan temuan benar-benar mencerminkan pengalaman serta perspektif mereka.
Proyek riset ini dijadwalkan rampung pada November 2025. Hasilnya akan disusun dalam bentuk laporan akhir, policy brief, dan publikasi ilmiah yang dapat menjadi acuan Pemerintah, Organisasi Masyarakat Sipil, dan Komunitas Adat dalam merespons krisis iklim secara lebih tepat sasaran. (*)
- Penulis: Arsyad Parende
- Editor: Arthur
Saat ini belum ada komentar