Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teologi UKI Toraja Pdt. Dr. Johana Ruadjanna Tangirerung saat jadi pembicara pada fotum Gereja-Gereja sedunia di Korea Selatan. (foto: dok. istimewa/kareba-toraja).
KAREBA -TORAJA.COM, MAKALE — Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Teologi UKI Toraja Pdt. Dr. Johana Ruadjanna Tangirerung, M.Th., merupakan salah satu wakil dari Indonesia yang menjadi Komisioner Education Ecumenical Formation of World Council Churches (EEF-WCC).
EEF adalah salah satu komisi pada Dewan Gereja-Gereja Sedunia yang memberi perhatian pada pendidikan teologi dan ekumenisme di seluruh dunia.
Komisi ini dibentuk oleh WCC dengan tujuan menjadi perpanjangan tangan WCC untuk pengembangan spirit dan hidup ekumenis yang inklusif. Tiga pilar yaitu keadilan (Justice), perdamaian dan rekonsiliasi (Peace & reconsiliation, kesatuan (unity) akan dielaborasi dalam komisi EEF.
Pada tanggal 23-29 Juni 2024, EEF-WCC mengadakan pertemuan di Yonsei University, Seoul, Korea Selatan untuk membahas program kerja yang dihadiri 33 Komisioner dari seluruh dunia.
Pdt. Dr. Johana R Tangirerung, M.Th. adalah salah satu komisioner berasal dari Indonesia tepatnya dari Toraja.
Pdt. Dr. Johana R Tangirerung, M.Th. adalah Pendeta Gereja Toraja yang melayani sebagai dosen penuh waktu pada Universitas Kristen Indonesia Toraja
Dalam forum itu, Pdt. Dr. Johana R Tangirerung, M.Th. berbicara mengenai keadilan (justice) dimulai dari perspektif Alkitab.
Dalam pemaparannya, Pdt. Johana membahas tentang keadilan yang sangat sulit diwujudkan secara benar dengan studi kasus tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Paparan Pdt. Johana ini menarik banyak perhatian peserta, dan menjadi starting poin untuk menekankan pentingnya keadilan menjadi inti dari kehidupan bergereja.
Pembahasan mengenai perdamaian dan kesatuan, dibahas dengan metode yang sama yaitu dimulai dengan paparan Alkitab, lalu dibahas dalam kelompok-kelompok dan pada akhirnya diplenokan.
Ketiga pilar ini menjadi inti dalam komisi ini untuk dijabarkan dalam program pendidikan teologi dan ekumenis dunia.
Komisi ini memberi perhatian pada bagaimana formasi pendidikan dan ekumene menjadi instrumen dalam mencapai keadilan, perdamaian dan kesatuan sehingga terwujud kehidupan yang penuh harmoni dan persaudaraan.
Dua progaram utama dari komisi ini adalah Pendidikan ekumenis di Bossey Institute dan GETI (Global Ecumenical Theological Institute).
GETI merupakan kegiatan seminar dan studi berlangsung 6 Minggu. Bossey institute merupakan studi/course berpusat di Jeneva, Swiss selama 6 bulan. Warga Gereja, Mahasiswa Teologi dan Pendeta muda dapat mengikuti dua program utama komisi ini. Program ini sudah pernah diikuti oleh alumni dan Dosen Fakultas Teologi UKI Toraja tahun 2022 dan 2023 yaitu Glory Mery Manapa’ dan Cristanto Rappan Paledung, M.Th. Sedangkan GETI juga pernah diikuti oleh dosen Fakultas Teologi UKI Toraja, yaitu Cristanto Rappan Paledung, M.Th di Jerman.
Dalam meeting itu juga dibahas bagaimana membangun networking sekolah-sekolah teologi dalam memperkenalkan spirit ekumene yang menjunjung tinggi keadilan, perdamian dan ksatuan atau keutuhan.
Tantangan ekumenis adalah fanatisme gereja, aliran dan tradisi. Tantangan lain adalah gereja-gereja sangat meneknakan lokalitas atau penekanan serta perhatian pada konteks ketimbang bagaimana bersama-sama sebagai satu tubuh Kristus membangun kehidupan yang adil, damai dan utuh/satu.
Kegiatan ini ditutup pada tanggal 28 Juni, dan dalam penutupan itu Pdt. Johana menyerahkan plakat dari UKI Toraja untuk Yonsei University, EEF-WCC dan Bosey Institute sebagai momentum awal networking dan rekognisi dunia pada UKI Toraja dan Gereja Toraja.(*)
Penulis: Arsyad Parende
Editor: Arthur
Komentar