Dianggarkan Rp 12,3 Miliar, Mengapa Jembatan Ne’ Gandeng Lebih Mahal dari Malangngo’?
- account_circle Redaksi
- calendar_month Sel, 29 Jul 2025
- visibility 3.514
- comment 0 komentar

Proses pekerjaan rekonstruksi Jembatan Ne' Gandeng di jalan poros Malakiri, Lembang Palangi, Kecamatan Balusu, Toraja Utara. (AP/Kareba Toraja).
KAREBA-TORAJA.COM, BALUSU — Pemerintah Kabupaten Toraja Utara, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) saat ini tengah membangun (rekonstruksi) Jembatan Ne’ Gandeng di Lembang Palangi, Kecamatan Balusu.
Proses pekerjaan jembatan ini sudah dimulai. Saat dipantau pada Selasa, 29 Juli 2025, sejumlah pekerja dari CV. Caka Anugrah Mandiri tengah melakukan beberapa pekerjaan, seperti memecahkan plat beton jembatan, membuat anyaman besi untuk sumur jembatan, dan lainnya.
Proyek ini menggunakan anggaran sebesar Rp 12,3 miliar yang bersumber dari dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Mengapa menggunakan anggaran dari rekonstruksi pasca bencana? Karena jembatan Ne’ Gandeng yang dibangun secara mandiri oleh Petrus Pasulu (Almarhum) dan Yayasan Ne’ Gandeng pada tahun 1994-2002 itu, rusak akibat diterjang banjir beberapa tahun lalu.
Lalu, mengapa biaya pembangunan jembatan yang melintasi Sungai Sa’dan ini lebih mahal dibanding Jembatan Malangngo’ di Kecamatan Tallunglipu, yang pembangunannya sudah selesai pada tahun 2024 yang lalu?
BERITA TERKAIT: Penjabat Gubernur Sulsel Resmikan Jembatan Malangngo’ di Toraja Utara
Jembatan Malangngo’ yang populer disebut “jembatan kembar” itu dibangun oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan anggaran sebesar Rp 6,6 miliar. Sedangkan Jembatan Ne’ Gandeng anggarannya Rp 12,3 miliar alias dua kali lipat besarannya.
“Konstruksinya berbeda,” kata Kepala BPBD Toraja Utara, Alexander Limbong Tiku, singkat.
Sementara itu, Exward Novari, General Superident CV. Caka Anugrah Mandiri menjelaskannya lebih detail.
“Pertama soal bentangan jembatan. Di Malangngo’ hanya 30 meter, sedangkan di sini (Ne’ Gandeng) bentangannya kurang lebih 50 meter,” terang Exward.
Kedua, Jembatan Malangngo’ menggunakan bahan beton jadi, sedangkan Ne’ Gandeng menggunakan rangka baja. Ketiga, ada bongkaran; di Malangngo’ jembatan dibangun baru, sedangkan di Ne’ Gandeng ada jembatan lama yang mesti dibongkar.
“Berikutnya, kalau di Malangngo’ struktur bawahnya pake borfile, kalau di sini pake sumuran. Kedalamannya sekitar 5 meter,” kata Exward.
Terakhir, di Jembatan Ne’ Gandeng juga akan dibangun struktur pendukung (penahan banjir/abrasi), yakni frame beton sepanjang 260 meter di kiri dan kanan jembatan untuk mengantisipasi pengikisan banjir serta proteksi terhadap struktur jembatan. (*)
- Penulis: Redaksi

Saat ini belum ada komentar