Upacara HUT RI ke-76 di Benteng Ka’do; Salah Satu Benteng Pertahanan Pahlawan Nasional Pongtiku

KAREBA-TORAJA.COM, TIKALA — Untuk pertama kalinya, pemerintah dan masyarakat Lembang Benteng Ka’do To’ria, Kecamatan Tikala, Toraja Utara menggelar upacara bendera memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-67 di atas puncak Ka’do To’ria, yang lebih dikenal dengan Benteng Ka’do, Selasa, 17 Agustus 2021.

Puncak gunung Ka’do To’ria adalah salah satu benteng pertahanan di masa penjajahan Belanda, yang digunakan oleh Pongtiku dan pasukannya melawan penjajah. Pada November 2002 yang lalu, Pongtiku dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Hingga saat ini, Pongtiku merupakan satu-satunya Pahlawan Nasional dari Toraja.

Ratusan warga, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa mengikuti upacara peringatan HUT RI ke-76 di puncak gunung Ka’do To’ria. Kepala Lembang Benteng Ka’do To’ria, Rahman Baddu, S.Pd bertindak sebagai Inspekur Upacara, dan komandan upacaranya oleh seorang anggota TNI.

Kepada kareba-toraja.com, Kepala Lembang Benteng Ka’do To’ria, Rahman Baddu mengatakan pelaksanaan upacara peringatan HUT RI di Benteng Ka’do, merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para pahlawan, terutama kepada Pahlawan Nasional Pongtiku, yang telah berjuang hingga titik darah penghabisan demi kemerdekaan negara ini.

Baca Juga  TERKINI: Longsor di Makale Selatan, 14 Warga Ditemukan Meninggal, 2 Masih Dicari

Rahman menyebut, meski di tengah pandemi Covid-19, namun upacara itu dilaksanakan dengan memperhatikan protokol kesehatan.

Selain sebagai penghormatan atas jasa para pahlawan, lanjut Rahman, pelaksanaan upacara ini sekaligus sebagai bentuk promosi, karena area Benteng Ka’do akan dijadikan objek wisata sejarah oleh pemerintah Lembang setempat.

“Mari kita sambut HUT RI ke 76 ini dengan penuh rasa syukur dan semangat gotong-royong, untuk membangun Indonesia secara umum dan secara khusus untuk tondokta, tondok Benteng Ka’do To’ria, yang akan membangun objek wisata Penammuan Pare dan Benteng Pertahanan Pongtiku, yang sudah lama “tidur” sejak tahun 1907,” pinta Rahman.

Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 di Benteng Ka’do, Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara.

Untuk itu dia mengajak pemerintah maupun swasta, terutama warga Benteng Ka’do To’ria, baik di Toraja maupun di perantauan untuk bersama-sama, bahu-membahu membangun kedua objek wisata yang ada di lembang tersebut.

Baca Juga  Buntut Kematian Bertha Mimi, Puluhan Warga Toraja “Geruduk” Apotik Kimia Farma Samarinda

“Saya mengajak kepada seluruh warga Lembang Benteng Ka’do To’ria, baik yang ada di tondok maupun di tondokna tau (perantauan) untuk bergotong-royong menata Benteng Pertahanan Pongtiku dan Penammuan Pare,” kata Rahman.

Tentang Benteng Ka’do

Pongtiku lahir di Pangala’ tahun 1846. Dia ditangkap Belanda pada 1907 dan wafat pada 10 Juli 1907. Pada tanggal 6 November 2002, pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Pongtiku.

Puncak gunung Ka’do To’ria, yang kemudian dikenal dengan Benteng Ka’do dijadikan benteng pertahanan oleh Pongtiku dan pasukannya dalam melawan pasukan Belanda pada tahun 1906. Pada saat menduduki Rantepao sekitar tahun 1906, Belanda mengultimatum Pongtiku dan pasukannya untuk menyerah. Namun Pongtiku tidak mau, dia lebih memilih mati daripada menyerah.

Baca Juga  Dosen UKI Toraja Mendapatkan Pengakuan Internasional Melalui Joint Research

Saat mengetahui Belanda akan menyerang Benteng Ka’do, Pongtiku menarik pasukannya dari Benteng Batu Baruppu untuk membantu. Masyarakat di sekitarnya juga membantu dan menyediakan perlatan perang, seperti doke (tombak), la’bo panai (parang pusaka), la’bo dua lalan (parang tajam), bayu karran (baju perang), balulang (perisai dari kulit kerbau), tirrik lada (semprotan air cabe), bambu runcing, dan batu dilolin (batu gelindingan).

Kepala Lembang Benteng Ka’do To’ria, Rahman Baddu bersama ibu berdiri di situs issong batu, yaitu sebuah lesung batu yang digunakan untuk menumbuk cabe dan airnya dipakai untuk melawan tentara Belanda.

Setelah menguasai Benteng Buntu Asu yang terletak di sebelah barat daya, Belanda pun menyerang Benteng Ka’do. Dan Pongtiku serta pasukannya melakukan perlawanan sengit serta gagah berani. Korban pun berjatuhan di kedua pihak. Setelah beberapa lama dipertahankan, karena kehabisan amunisi, Benteng Ka’do pun jatuh ke tangan Belanda.

Saat ini, di Benteng Ka’do masih ada peninggalan berupa issong batu (lesung dari batu) yang digunakan pasukan Pongtiku untuk menumbuk cabe dan airnya dipakai menyemprot tentara Belanda. (Catatan: sepotong sejarah ini dikutip Rahman Baddu dari buku Pongtiku, Pahlawan Tana Toraja.) (*)

Penulis: Desianti
Editor: Arthur

Komentar