KAREBA-TORAJA.COM, BUNTAO’ — Bencana alam tanah longsor yang menerpa beberapa lokasi di Kecamatan Buntao’, Kabupaten Toraja Utara, Maret 2024 lalu, masih menyisakan sejumlah persoalan.
Meski jalan poros Rantepao-Bastem (Luwu) sudah bisa dilalui, namun masih ada rumah warga luput dari perhatian pemerintah. Salah satunya adalah rumah milik Almarhum Markus Ruruk Tangdilintin, yang terletak di Dusun Paniki, Lembang Sapan Kua-Kua, Kecamatan Buntao’.
Rumah yang ditempati istri Almarhum Markus Ruruk, yakni Agustina Sattung dan 4 orang anaknya itu, rusak berat akibat diterjang tanah longsor dari arah belakang rumah.
Akibat tanah longsor itu, rumah itu tak bisa lagi ditempati. Material longsor sewaktu-waktu bisa turun lagi dan menimbun rumah tersebut.
Dampak tanah longsor tersebut, jenazah Almarhum Markus Ruruk Tangdilintin yang sebelumnya disemayamkan di rumah itu, dipindahkan ke rumah kerabat, menanti acara pemakamannya. Kemudian, Agustina Sattung juga harus mengungsi ke rumah kerabat.
“Pada siang hari, Ibu Agustina tinggal di kios kecil miliknya beserta anaknya. Malam harinya mereka tidur di rumah kerabat,” tutur Zenas Pasiakan, salah satu anggota keluarga Almarhum Markus Ruruk kepada KAREBA TORAJA, Sabtu, 8 Juni 2024.
Zenas mengatakan, sejak bencana alam itu menimpa rumah Almarhum Markus Ruruk, belum ada perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Toraja Utara untuk membantu warganya.
“Mungkin karena tidak viral ya,” sesal Zenas.
Zenas berharap, pemerintah dan semua orang yang berempati dan prihatin dengan kondisi keluarga tersebut dapat memberikan bantuan untuk meringankan beban mereka.
“Karena rumah itu sudah tidak bisa ditempati. Selain rusak cukup parah, ada kekhawatiran sewaktu-waktu material longsor yang di belakang bergeser dan menimbun bangunan rumah,” terang Zenas. (*)
Penulis: Arsyad Parende
Editor: Arthur
Komentar