Oleh: Pastor Aidan P. Sidik
Darap langkah kaki para peziarah berarak dalam suasana ritmis dengan cahaya lilin yang menghalaukan kegelapan dan dinginnya angin malam. Setapak demi setapak langkah-langkah para peziarah mendaki menuju Gereja Tongkonan Masallo’ Pusat Ziarah Sa’pak Bayo-bayo lalu menurun ke Sumur Puang, situs yang sakral dan keramat, kemudian tiba di Pelataran Doa Keluarga Kudus Nazareth. Doa-doa tulus pun dilambungkan memuji Sang Pencipta sekaligus mensyukuri rahmat kehidupan dan memohon limpah kasih karunia dari-Nya.
Sabtu, 13 Juli 2024 dalam rangka perayaan syukur ulang tahun tempat Ziarah Keluarga Kudus Nazareth Sa’pak Bayo-bayo yang ke-6 dimulai dengan prosesi Jalan Salib pada pagi sampai sore hari. Pada malam hari diadakan prosesi pawai lilin dan Ibadat Salve (Ibadat Pujian kepada Sakraman Mahakudus). Perayaan ini dihadiri oleh berbagai umat dari Kevikepan Toraja, dari Kevikepan Makassar dan dari tempat lainnya. Perasaan gembira, suka cita dan pengalaman rohani merupakan rahmat yang dialami para peziarah yang datang dari berbagai penjuru daerah. Mgr. Fransiskus Nipa, Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Makassar (KAMS), memimpin Perayaan Ibadat Salve dalam suasana damai, hening dan meneguhkan.
Minggu, 14 Juli 2024 diadakan perayaan puncak dengan Misa Syukur pemberkatan Gereja Ziarah Sa’pak Bayo-bayo yang diberi nama Gereja Tongkonan Masallo’. Pemberian nama tersebut menghadirkan dengan jelas akan inkulturasi Gereja Katolik dalam tradisi dan budaya Toraja. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. John Liku-Ada’, Uskup Agung KAMS dan juga adalah putra Toraja yang lahir dan masa kecilnya dilewatkan di sekitar situs Sa’pak Bayo-bayo ini. Beliau didampingi oleh Mgr. Fransiskus Nipa, Pastor Vikep Toraja, Pastor Vikep Makassar, Pastor Vikep Luwu, Pastor Vikep Sulawesi Barat dan para pastor konselebran.
Perayaan Ekaristi berlangsung khidmat dan sakral di dalam Gereja Tebing Santa Familia Tongkonan Masallo’ yang sungguh indah dan unik. Batu-batu cadas dengan relief-relief alami menjadi warna dasar bangunan ini mengingatkan kita akan kecintaan dan panggilan setiap insan untuk terus menjaga alam ciptaan Tuhan ini seturut amanat seruan apostolik Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Sì. Mgr. John Liku-Ada’ yang sudah menggembalakan Keuskupan Agung Makassar ini selama 32 tahun dalam homilinya memberikan kronologi dan mengisahkan pengalaman pribadi-rohani dari situs suci nan sakral Sa’pak Bayo-bayo ini. Bapa Uskup men-sharing-kan bahwa: “Situs Sa’pak Bayo-bayo dipercaya dilindungi oleh Puang Baine, Puang Sa’pak, yang mencintai kehidupan. Dia adalah deata kebaikan yang menjaga dan memelihara kehidupan.
Penjaga situs ini adalah Nek Puasa dari Marinding yang kemudian secara diam-diam menyerahkan tugas menjaga situs Sa’pak Bayo-bayo ini kepada Tallo Tampu yang adalah ayah dari Bapa Uskup Mgr. John Liku-Ada’. Bertahun-tahun lamanya menjaga situs suci ini, ayah Bapa Uskup akhirnya masuk Katolik. Nek Puasa pun juga ikut memeluk agama Katolik”. Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar yang dulu menyelesaikan disertasi doktoralnya dengan judul Towards a Spirituality of Solidarity: A Study of Sa’dan-Torajan Solidarity in the Light of “Gaudium et Spes”, with a View to an Inculturated Authentic Christian Spirituality of Solidarity (tentang nilai solidaritas dari budaya Toraja dalam terang Dokumen Konsili Vatikan II Gaudem et Spes) di Universitas Kepausan Gregoriana Roma, Italia, melanjutkan bahwa, “Suatu luapan kegembiraan saya alami pada peresmian Situs Sa’pak Bayo-bayo ini sebagai Pusat Ziarah Keluarga Kudus karena bertepatan dengan hari di mana saya membaptis ayah, Tallo Tampu, yang menjadi penjaga terakhir situs Sa’pak Bayo-bayo ini.” Mgr. John Liku-Ada’ yang ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 10 Januari 1975 dan ditunjuk oleh Tahta Suci Vatikan sebagai Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar pada 2 Februari 1992 mengatakan, “Kedua orang tua saya belumlah Katolik sejak semula. Ketika saya akan ditahbiskan, saya berharap bahwa kedua orang tua saya bersedia dibaptis dan menjadi Katolik sehingga bisa mendampingi saya dalam tahbisan imamat. Namun harapan itu belum terwujud karena ayah saya belum bersedia menjadi Katolik saat itu. Setiap kali ditanyakan alasan belum bersedia dibaptis menjadi Katolik, dia selalu menjawab ‘belum saatnya’. Ibu akhirnya bersedia dibaptis pada 6 November 1977 dengan nama baptis yang saya pilihkan sendiri, yaitu nama ‘Maria’ (Maria Tammu). Sementara ayah baru bersedia saya baptis pada 3 Juli 1992 dan saya memberi nama baptis ‘Yosef’ (Yosef Tallo Tampu).”
Mgr. John Liku-Ada’ yang tahun ini berumur 75 tahun dengan haru mengungkapkan, “Merupakan luapan kegembiraan tak terkira dari lubuk hati terdalam ini bahwa ibu dan ayah saya mendapat nama baptis ‘Maria’ dan ‘Yosef’ yang merupakan nama Keluarga Kudus Nazareth, Bunda Maria dan Santo Yosef, dan ternyata bertepatan dengan peresmian Pusat Ziarah Sa’pak Bayo-bayo ini pada tanggal 3 Juli 2018. Kini pada bulan Juli 2024 kita meresmikan Gereja Ziarah Tongkonan Masallo’ ini.”
Kegembiraan Mgr. John Liku-Ada’ bahwa di situs suci Sa’pak Bayo-bayo yang sangat dihormati dan disakralkan oleh agama leluhur Aluk Todolo di mana ayahnya menjadi penjaga ritus terakhir ternyata kini sudah diantar dalam terang iman Katolik. Ayah dan ibunya dibaptis sendiri oleh Mgr John Liku-Ada’. Secara biologis ibu dan ayahnya melahirkan dia. Namun secara rohani Mgr. John Liku-Ada’ telah “melahirkan kembali” ibu dan ayahnya secara rohani melalui pembaptisan kudus. Kini di tempat suci ini berdiri “Bait Kudus Allah” untuk memuliakan Dia dan mendatangkan limpahan berkat bagi umat beriman yang datang berziarah dan berdoa di situs suci ini. Pengalaman rohani ini mendapatkan landasan biblis dalam Injil Yohanes. Penginjil Yohanes mengisahkan sebuah moment indah meneguhkan di akhir Injilnya saat Yesus berada di atas salib dan berkata kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu” dan kepada murid yang Dia kasihi, “Inilah ibumu” (Yoh. 19:26-27). Moment ini terekam indah di dalam Gereja Tongkonan Masallo’ melalui kehadiran salib di mana Yesus yang masih hidup tergantung di atas salib sedang memandang ibu dan murid yang Dia kasihi yang direpresentasikan dalam patung Maria dan rasul Yohanes dengan balutan pakaian khas Toraja.
Gereja Tongkonan Masallo’ kini hadir melengkapi Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazareth Sa’pak Bayo-bayo. Pak Julius Sutejda, Pak Welem Elimkusuma dan Pak Michael Andin Piter serta tim PUKAT yang menjadi panitia pembangunan Gereja Ziarah ini mengatakan daya tampung Gereja ini berkapasitas 550 kursi. Semoga tempat ini merupakan tempat yang sejuk, penuh kedamaian dan keasrian untuk menemukan ketenangan batin dan jiwa serta mendapatkan limpah berkat dari Yang Mahakuasa sendiri. Jangan lupa datang berziarah dan menemukan kekayaan pengalaman rohani di Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazareth Sa’pak Bayo-bayo.
- Pastor Aidan P. Sidik — Imam diosesan Keuskupan Agung Makassar
Foto-foto by Paul Tandiayu/Komsos Kevikepan Toraja
Komentar