BERITA FOTO: Suatu Pagi di Alun-alun Kota Rantepao yang Baru Selesai Dibangun

WAKTU menunjukkan pukul 08.00 Wita. Matahari, yang mestinya sudah bersinar, masih tersembunyi di balik awan. Namun, ratusan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, maupun para pedagang sudah beraktifitas di lokasi Alun-alun Kota Rantepao, yang terletak persis di tengah kota.

Alun-alun Kota Rantepao ini mestinya sudah selesai pembangunannya pada akhir tahun 2022. Namun molor hingga akhir Maret 2023. Ketika pagar seng yang membatasi lokasi pembangunan dibuka, masyarakat langsung menyerbu. Tidak pagi, siang, maupun malam. Banyak warga yang datang ke Alun-alun ini. Tujuannya beragam; ada yang sekedar berfoto, memenuhi rasa penasaran, jalan-jalan, maupun berolahraga.

Dari arah Jalan Niaga langsung terlihat bangunan Art Centre yang sudah bolong dindingnya. Bagian dalamnya juga kotor, banyak lumut dan bocor. Secara umum bangunan ini memperihatinkan. Mungkin tak bisa digunakan untuk acara-acara masyarakat maupun komunitas.

Kondisi bangunan Art Centre yang berada di kawasan Alun-alun Kota Rantepao.

Bangunan yang merupakan aset Pemprov Sulsel itu bolong dan rusak dindingnya diduga akibat proses pembongkaran bangunan untuk kepentingan pembangunan Alun-alun Kota Rantepao, tahun lalu.

Di samping kiri bangunan Art Centre ada toilet dan kamar mandi. Kemudian, ada area permainan anak-anak. Pagi itu, Rabu, 5 April 2023, terlihat banyak anak-anak yang bermain di area ini. Didampingi orang tua atau kerabatnya. Anak-anak itu terlihat senang bermain ayunan, tangga-tangga, dan jenis permainan lainnya.

Baca Juga  Kepada 55 Penerima Bantuan Hibah Rumah Ibadah, JRM Tekankan Kelengkapan Administrasi dan Pertanggungjawaban
Anak-anak bermain di area bermain anak-anak Alun-alun Kota Rantepao.

Maju ke depan lagi, di pelataran Art Centre, tegelnya sudah diganti. Sebelumnya tegel di area ini sudah rusak, banyak yang pecah. Tapi sekarang sudah bagus. Banyak warga yang membawa anak-anak bermain di area ini. Beberapa diantaranya melakukan jogging santai.

Di lokasi bekas Kantor Kecamatan Rantepao, tepatnya di samping gedung Perpustakaan lama, ada dua lumbung padi (alang) yang berdiri di situ. Di samping kanan gedung Perpustakaan lama, juga ada dua lumbung. Persis di depan empat lumbung itu ada bangunan museum milik Pemprov Sulsel. Atap museum yang mirip rumah Toraja (Tongkonan) berhadapan dengan empat lumbung dan satu bangunan perpustakaan lama, yang bangunannya juga mirip lumbung.

Di halaman lumbung padi ini terlihat belasan anak-anak sedang bermain bola. Senang banget mereka. Begitu menikmati masa kecil dengan bermain bola. Beberapa orang dewasa terlihat duduk-duduk di lumbung padi itu.

Baca Juga  RS Elim Rantepao Gelar Pengobatan Gratis pada Perayaan 100 Tahun Baptisan Pertama di Simbuang
Anak-anak asik bermain bola di halaman lumbung padi di Alun-alun Kota Rantepao.

Tempai di bawah patung Pongtiku yang menunggang kuda kelihatan kurang disentuh. Tidak ada perubahan berarti di sekitar patung yang terlihat gagah tersebut. Di depan patung Pongtiku ini ada satu buah lampu taman yang sudah rusak. Mungkin dicopot oleh tangan-tangan jahil. Ada sedikit tumpukan sampah, juga ada yang berserakan di beberapa tempat.

Lebih ke depan lagi. Di tengah bangunan alun-alaun, ada tulisan cukup besar berwarna merah “KOTA RANTEPAO”. Kurang begitu menonjol, karena ukurannya tidak sepadan dengan komplek alun-alun yang begitu luas. Dulu, di tempat ini merupakan area Pertokoan Lama Rantepao. Pemerintah sebelumnya merobohkan bangunan pertokoan ini, sehingga memberi peluang pemerintah sekarang ini untuk membangun alun-alun.

Ada dua patung kerbau (tedong) yang diletakkan di sebelah kiri dan kanan tulisan KOTA RANTEPAO tersebut. Banyak warga yang berfoto di sini. Beberapa anak terlihat menaiki patung kerbau. Sementara beberapa lainnya berlari-lari.

Persis di depan tulisan KOTA RANTEPAO, atau di pinggir Jalan Andi Mappanyuki (berhadapan dengan Abadi Minimarket), terlihat banyak warga yang menggelar dagangan. Ada yang jual parang, baju-baju motif Toraja, kain tenun Toraja, ukiran Toraja, dan beberapa barang lainnya. Mereka mengaku datang dari beberapa kampung di sekitar Rantepao. Bukan pedagang yang sehari-hari berjualan di kota. Entah benar atau tidak pengakuannya.

Baca Juga  Ini Poin-poin Interpelasi DPRD kepada Bupati Toraja Utara

“Sebentar saja Pak. Kalau diusir Satpol, kita pindah,” kata seorang pedagang parang Toraja. “Harganya bervariasi, mulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu. Ini terbuat dari per mobil. Kalau yang ini dari belko eskavator. Kalau ini Pak, yang paling mahal, dari anu senso ini (plat pisau cainsaw),” tutur lebih lanjut.

Sejumlah warga menggelar dagangannya di Alun-alun Kota Rantepao.

Tak lama kemudian, ada rombongan Bupati Toraja Utara dikawal mobil Satpol PP lewat di Kandian Dulang. Mereka baru pulang apel dari Lapangan Bakti. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.30 Wita. Rombongan itu lewat begitu saja. Tidak singgah.

Tempat parkir yang sudah digunakan oleh warga meski Alun-alun Kota Rantepao belum diresmikan.

Di sekeliling komplek Alun-alun Kota Rantepao sudah terpasang portal parkir dari pipa besi. Juga ada dua bangunan penjaga portal parkir. Lokasi di sekeliling Alun-alun konon memang diperuntukkan sebagai tempat parkir berbayar. Tempat parkir berbayar ini terlihat di Jalan Niaga, Jalan Pembangunan, dan Jalan Landorundun. Meski belum dibuka secara resmi, namun sudah banyak warga yang memarkir kendaraan mereka di tempat ini. Baik kendaraan roda dua, empat, maupun enam. (*)

Penulis/Editor: Arthur     

Komentar