Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Uncategorized » OPINI: Memahami Dimensi Filosofis Profesi Kedokteran

OPINI: Memahami Dimensi Filosofis Profesi Kedokteran

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month Sab, 15 Okt 2022
  • visibility 687
  • comment 0 komentar
Oleh: Dr. dr. Ampera Matippanna, MH 

TENTUNYA tidak ada orang yang akan membantah pernyataan yang menyatakan bahwa  bahwa dokter adalah sebuah profesi yang sangat mulia (officium nobile). Mulianya profesi kedokteran berhubungan dengan pelaksanaan  tugas profesi  yang selalu mengedepankankan pertimbangan keselamatan pasien  sebagai prioritas utama[1]. Hal tersebut dilandasi oleh suatu asas  atau pemikiran yang dianut dalam pelayanan kesehatan yaitu asas agroti Salus Lex Suprema.   Dalam kondisi keadaan kesehatan pasien yang membutuhkan pelayanan kedokteran yang bersifat  segera atau tidak dapat ditunda, maka tentunya seorang dokter harus memberikan pertolongan untuk mencegah terjadinya  kematian pasien atau mencegah terjadinya kerusakan organ atau jaringan yang bersifat permanen yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan pasien yang bersangkutan.

Secara filosifis profesi kedokteran   bertumpu pada sebuah ide yang bersifat fundamental yaitu kemanusiaan  sebagai subyek dan sekaligus sebagai obyek dalam praktek kedokteran. Kemanusiaan sebagai subyek adalah para dokter  sebagai pelaksana praktek kedokteran, sedangkan kemanusiaan sebagai obyek adalah pasien sebagai penerima pelayanan kedokteran. Bahwa aspek kemanusiaan yang ada dalam diri dokter dan pasien  tidaklah berbeda satu dengan yang lainnya . Mereka adalah sama sebagai manusia ciptaan Tuhan, sehingga pada tempatnyalah jika mereka saling menghargai, mengasihi, menolong, dan melayani.  Hipocrates mengatakan bahwa bila ada cinta terhadap sesama manusia, juga ada cinta terhadap pekerjaan dokter. Nothnagel mengatakan bahwa hanya orang baik yang dapat menjadi seorang dokter yang baik. Seorang dokter  tidak selalu dapat menyembuhkan seorang penderita penyakit, tetapi selalu dapat menolongnya, bila ada kemauan untuk itu

Pelaksanaan profesi kedokteran sebagai upaya kemanusiaan untuk  menolong pasien menghilangkan penderitaan, menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan pasien,  agar dapat kembali beraktivitas dan bekerja dengan produktif untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, tidak terlepas dari pandangan etika dan moral yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat yang dapat dipandang sebagai jiwa masyarakat. Pelaksanaan profesi kedokteran yang menyimpang dari prinsip etik dan moral dapat dianggap sebagai tindakan yang mencedarai jiwa masyarakat, sehingga pelayanan kedokteran tersebut dianggap sebagai pelayanan yang tidak profesional, tidak berkualitas dan tidak manusiawi. Setidaknya dikenal ada 4 (empat) prinsip etika moral utama dalam profesi kedokteran, yaitu:

Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination),

Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien;

Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non
nocere”
atau “above all do no harm”;

Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).

Sebagai profesi yang mulia, seorang dokter dalam melaksanakan praktek kedokterannya   terikat dengan sumpah kedokteran  sebagai landasan filosofisnya yang menjadi ikrar suci atas nama Tuhan untuk membaktikan kehidupannya untuk kepentingan perikemanusiaan, menjalankan tugas profesi  dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat profesi kedokteran, memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran,   merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya karena pekerjaan dan keilmuannya sebagai dokter , senantiasa mengutamakan kesehatan pasien dan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya supaya  tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik Kepartaian, atau kedudukan sosial, dalam menunaikan kewajibannya terhadap penderita.

Sumpah  dokter bukanlah sekedar janji atau ikrar seperi pada umumnya yang diucapkan oleh seseorang untuk sekedar memberikan  keyakinan pada seseorang atau pejabat akan tekadnya untuk melaksanakan suatu tanggung jawab atas tugas yang dipercayakan kepadanya,  tetapi lebih dari itu sumpah dokter adalah  Ikrar suci yang mempertaruhkan  kehidupan seorang dokter untuk  memberikan pertolongan terhadap pasien agar dapat terbebas dari penderitaan karena suatu penyakit, menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan dan menyelamatkan jiwa pasien. Sumpah dokter mengandung kerelaan untuk berkorban baik secara fisik, psikis dan financial  demi kepentingan kesehatan pasien, melayani dan menangani pasien dengan sepenuh hati tanpa membeda-bedakan pasien, jenis penyakitnya  dan kemampuan pasien untuk membayar upah dokter.  Axel Martin Fredrik Munthe (1857-1949) adalah seorang dokter kelahiran Swedia pernah menyatakan sebuah quote yang berbunyi “You cannot be a good doctor without pity” (Kamu tidak bisa menjadi dokter yang baik tanpa belas kasihan). Sasha Zarins dan Sara Konrath mengatakan bahwa “berbelas kasih (compassion) merupakan suatu kesadaran akan penderitaan dan rasa sakit orang lain dan berupaya untuk meringankan penderitaan dan rasa sakit tersebut. Sedangkan Karen Amstrong (2013) dalam bukunya “Compassion” menyatakan, “Berbelas kasih (compassion) adalah menanggungkan bersama orang lain, menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, untuk merasakan penderitaannya seolah-olah itu adalah penderitaan kita sendiri dan secara murah hati masuk ke dalam sudut pandangnya. Sikap belas kasihan ( compassion) merupakan sebuah kewajiban moral yang harus dilakukan oleh seorang dokter dalam menjalankan praktek kedokterannya, dan secara tulus ikhlas mempergunakan segala ilmu dan keterampilan untuk kepentingan pasien.

Dengan kata lain bahwa seorang dokter dalam menjalankan tugas profesinya tidak menjadikan upah atau jasa sebagai prioritas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Meskipun para dokter telah  mengucapkan sumpah sucinya atas nama Tuhan, namun dalam perjalanan pengabdiannya masih sering dijumpai adanya pelaksanaan praktek kedokteran yang menyimpang dari landasan filosofis profesi kedokteran itu sendiri, sehingga mereka dianggap melakukan mal praktek yang merugikan kepentingan pasien.  Perbuatan menyimpang tersebut disebabkan oleh karena adanya dorongan atau hasrat ( sikap bathin) untuk melakukan suatu perbuatan yang buruk atau tidak wajar, yang bertentangan dengan sesuatu yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan, hal mana perbuatan tersebut dilakukan secara sadar untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan pasien.   Veronica dalam Anny Isfandyarie (2005:2)  menyatakan bahwa istilah malparaktek berasal dari “malpractice” yang pada hakekatnya adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh dokter.  Kewajiban-kewajiban tersebut dapat berupa kewajiban etik dan moral yang diatur dalam kode etik profesi dan kewajiban hukum yang diatur dalam ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak dapat tidak, penggunaan obat-obatan, peralatan medis dan pembiayaan kesehatanpun turut terpicu mengalami peningkatan sesuai dengan kebutuhan atau kepentingan pasien untuk mendapatkan pelayanan kedokteran yang berkualitas.  Hal tersebut berpotensi  meruntuhkan pertahanan etik dan moral seorang dokter dan mengingkari pandangan filosis dokter sebagai sosok yang berperan penting dalam upaya meringankan penderitaan, menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan demi kepentingan  kemanusiaan. Mereka terjebak dalam pusaran ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran  mutakhir untuk memanfaatkannya dengan  alasan indikasi medis atau demi kepentingan pasien  dan sering kali mengabaikan aspek sosial dan ekonomi pasien. Penggunaan obat-obat paten yang mahal , permintaan pemeriksaan penunjang diagnostik dengan teknologi  mutakhir  atau tindakan medis operatif dengan peralatan medis mutakhir disatu sisi akan menunjang keberhasilan penanganan kesehatan pasien, tetapi disisi lainnya berimplikasi meningkatnya pembiayaan  kesehatan yang harus ditanggung oleh pasien. dan  meningkatnya  jasa pelayanan  dokter  atau pendapatan rumah sakit.

Tentunya kondisi seperti ini  tidak dapat digeneralisir sebagai sebuah kebenaran umum. Masih  sangat banyak diantara kalangan dokter  yang tetap berpegang teguh terhadap landasan filosofis profesi kedokteran sebagai mana sumpah dokter yang telah mereka ikrarkan. Mereka tetap setia membaktikan hidupnya untuk kemanusiaan dan melaksanaka kedokterannya dengan cara yang bermartabat , bersusila sesuai dengan nilai luhur profesi kedokteran dalam upayanya untuk mdenghilangkan penderitaan karena penyakit , menyembuh penyakit dan memulihkan kesehatan pasien tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan jasa pelayanan yang akan diterimanya. Mereka memberikan pelayanan kesehatan dengan pertimbangan rasional dan holistik terhadap biopsikososial pasien.  Tentunya pelayanan kesehatan dengan  menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir adalah hal yang wajar sepanjang sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan kepeningan pasien dan mendapatkan persetujuan pasien. Namun dalam hal ketidak mampuan pasien atau karena penolakan pasien atas penggunaan obat dan peralatan medis mutakhir untuk kepentingan diagnostic dan terapi, dokter yang baik yang memiliki compassion tetap akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal sekalipun dengan pengobatan atau tindakan medis dengan peralatan medis yang sederhana.

Di era ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang pesat saat ini, menjadi sangat  menarik  apa bila kita menyodorkan sebuah  pertanyaan filosis  terhadap seorang dokter atau mahasiswa kedokteran yaitu , alasan atau  tujuan apa yang ingin dicapai dengan menjadi seorang dokter?. Tentunya sebagain besar bahkan mungkin seratus persen akan menjawab secara spontan bahwa alasan atau  tujuan mereka  menjadi dokterr adalah untuk memberikan pelayanan kedokteran terhadap pasien atas dasar kemanusiaan sesuai dengan sumpah kedokteran yang mereka telah atau yang akan mereka ikrarkan.  Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa  mungkin saja ada alasan ikutan lainnya mengapa seseorang memilih untuk berprofesi sebagai dokter   misalnya untuk meningkatkan perekonomian keluarga dan status sosial dalam masyarakat, namun hal tersebut bukanlah dosa atau sesuatu yang dapat dipersalahkan, sepanjang pelaksanaan profesi kedokteran tersebut tidak mengingkari landasan filosofis profesi kedokteran dan melaksanakannya   secara bermartabat sesuai dengan nilai-nilai luhur tradisi kedokteran.  Mendapatkan upah atau jasa medis adalah hal yang  wajar   sebagai kompensasi atas pengabdiannya dibidang pelayanan kesehatan. Seorang dokter juga adalah manusia yang memiliki kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya untuk hidup layak,  termasuk untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuannya yang kelak digunakan untuk kepentingan pasien, sehingga membutuhkan penghasilan yang layak.

Seorang dokter yang baik adalah dia yang mampu membuat pasien tersenyum bahagia setelah mendapatkan pertolongan dokter ,  bahkan setelah pasien meninggalkan rumah sakit..Seorang dokter hanya akan tersenyum bahagia ketika upayanya berhasil mengatasi persoalan kesehatan pasien tanpa dipengaruhi oleh upah yang  diterimanya., karena baginya  menjadi seorang dokter  adalah sebuah pilihan untuk  menjadi tangan Tuhan  untuk menolong  ummatNya dari penderitaan karena suatu penyakit tertentu. (*)

  • Penulis: Redaksi

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Peringati Hari Pelanggan Nasional, Pimcab BRI Rantepao Turun Langsung Melayani Nasabah

    Peringati Hari Pelanggan Nasional, Pimcab BRI Rantepao Turun Langsung Melayani Nasabah

    • calendar_month Kam, 4 Sep 2025
    • account_circle Desianti/Rls
    • visibility 954
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Dalam rangka memperingati Hari Pelanggan nasional, BRI Cabang Rantepao bersama seluruh Unit Kerja Supervisi menggelar pelayanan spesial kepada nasabah. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 4 September 2025, serentak dimulai pukul 08.00 Wita. Tak tanggung-tanggung, Pimpinan Cabang BRI Rantepao, Sugeng Priyanto didampingi Asisten Manager Operasional, Jimmy Andri L.T turun langsung menyapa para nasabah […]

  • Dalam 4 Bulan, 9 Warga Tenggelam di Sungai di Toraja

    Dalam 4 Bulan, 9 Warga Tenggelam di Sungai di Toraja

    • calendar_month Kam, 1 Jun 2023
    • account_circle Admin Kareba
    • visibility 299
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, MAKALE — Intan, warga Siguntu, Makale Utara yang merupakan siswa SMA Negeri 1 Tana Toraja ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa di objek wisata air terjun Sarambu Ratte, Lembang Balla, Kecamatan Bittuang, Tana Toraja, Kamis, 1 Juni 2023. Dalam catatan KAREBA TORAJA, remaja putri yang pergi ke Sarambu Ratte dalam rangka berwisata ini, merupakan korban […]

  • 26 April 2021, OmBas-Dedy Dilantik, Undangan Dibatasi

    26 April 2021, OmBas-Dedy Dilantik, Undangan Dibatasi

    • calendar_month Kam, 22 Apr 2021
    • account_circle Redaksi
    • visibility 1.043
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Bupati dan Wakil Bupati Toraja Utara terpilih, Yohanis Bassang dan Frederik Victor Palimbong dijadwalkan dilantik dan diambil sumpahnya pada Senin, 26 April 2021. Pasangan yang dikenal dengan akronim OmBas-Dedy ini akan dilantik oleh Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman di Kantor Gubernur Sulsel. Prosesi pelantikan akan dilaksanakan mengikuti protokol kesehatan Covid-19 secara […]

  • Ketum Bapera, El Fouz A Rafiq Siap “Pasang Badan” untuk JRM di Pilkada Tana Toraja

    Ketum Bapera, El Fouz A Rafiq Siap “Pasang Badan” untuk JRM di Pilkada Tana Toraja

    • calendar_month Sel, 21 Mar 2023
    • account_circle Admin Kareba
    • visibility 652
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, MAKASSAR — Ketua Umum Barisan Muda Nusantara (Bapera), Fahd El Fouz A Rafiq mengaskanya bahwa dirinya mendukung penuh sikap politik yang akan diambil John Rende Mangontan, menjelang pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Tana Toraja, tahun 2024. Dukungan itu diungkapkan Fahd El Fouz A Rafiq setelah melantik pengurus DPD Bapera […]

  • Benarkah Tenaga Honorer di Toraja Utara Akan Dikurangi?

    Benarkah Tenaga Honorer di Toraja Utara Akan Dikurangi?

    • calendar_month Kam, 3 Feb 2022
    • account_circle Redaksi
    • visibility 628
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Meski belum ada keputusan resmi, namun sejumlah pihak membenarkan bahwa jumlah tenaga kontrak daerah (TKD) di Kabupaten Toraja Utara akan dikurangi. Itu sebabnya, hingga Februari 2022, belum ada SK baru yang keluar dari Bupati. Isu tentang pengurangan tenaga honorer daerah di Toraja Utara yang dalam beberapa hari terakhir diperbincangkan masyarakat, dibenarkan oleh […]

  • Peringati Hari Ibu, Kalla Toyota Toraja Gelar Lomba Fashion Show Tenun Toraja

    Peringati Hari Ibu, Kalla Toyota Toraja Gelar Lomba Fashion Show Tenun Toraja

    • calendar_month Sel, 22 Des 2020
    • account_circle Admin Kareba
    • visibility 592
    • 0Komentar

    KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Perayaan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya dilakukan sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan perempuan Indonesia. Berbagai cara digelar masyarakat Indonesia dalam rangka memperingati Hari Ibu. Tak terkecuali manajemen PT Hadji Kalla Toyota Cabang Toraja. Dalam rangka menyambut hari Ibu tahun 2020, Kalla Toyota Cabang Toraja menggelar Lomba Fashion […]

expand_less