Dinas Sosial dan TP PKK Toraja Utara Latih Juru Bahasa Isyarat untuk Teman Tuli
- account_circle Desianti/Rls
- calendar_month Rab, 26 Nov 2025
- visibility 846
- comment 0 komentar

Dinas Sosial bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Toraja Utara dan Yayasan Rehabilitasi Bersumber Masyarakat (RBM) Toraja menggelar Pelatihan Juru Bahasa Isyarat (JBI). (AP/Kareba Toraja).
KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Untuk membangun ruang publik yang semakin inklusif, Dinas Sosial bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Toraja Utara dan Yayasan Rehabilitasi Bersumber Masyarakat (RBM) Toraja menggelar Pelatihan Juru Bahasa Isyarat (JBI).
Pelatihan yang menghadirkan Anggi, seorang instruktur sekaligus penyandang tuli, itu berlangsung di Rantepao, Toraja Utara, Selasa, 25 November 2025.
Pelatihan ini adalah sebuah langkah penting untuk memperluas akses komunikasi bagi teman tuli (tuna rungu) sekaligus memperkuat komitmen daerah terhadap kesetaraan informasi.
“Pendekatan peer to peer ini dipilih agar materi lebih mudah dipahami, relevan, dan mampu menjembatani pengalaman peserta dengan realitas komunikasi yang dihadapi teman tuli sehari-hari,” ungkap Ketua TP-PKK Toraja Utara, Damayanti Batti Palimbong.
Dikatakan, keberadaan Juru Bahasa Isyarat (JBI) di Toraja Utara masih sangat minim sehingga diperlukan upaya serius untuk menambah jumlah dan kualitasnya.
“Jumlah JBI di Toraja sangat terbatas. Karena itu, pelatihan seperti ini sangat penting agar semakin banyak juru bahasa isyarat yang kompeten,” kata Damayanti.
“Ini bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga bagian dari membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai keberagaman,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa masyarakat berhak atas informasi yang setara, termasuk teman tuli yang selama ini masih sering menghadapi hambatan komunikasi dalam layanan publik, pendidikan, hingga kegiatan resmi pemerintahan.
Pelatihan ini difokuskan untuk membentuk JBI yang mampu bekerja secara simultan, akurat, netral, dan ekspresif, serta berpegang pada kode etik dan profesionalitas.
Kompetensi tersebut menjadi syarat agar juru bahasa isyarat dapat berperan sebagai penghubung yang efektif antara bahasa lisan dan bahasa isyarat, tanpa kehilangan makna maupun konteks.
“Ketika komunikasi dapat dijembatani dengan baik, teman tuli bisa hadir, memahami, dan berpartisipasi setara dalam berbagai kegiatan masyarakat. Itulah esensi dari inklusivitas yang ingin kita bangun,” ungkap istri Bupati Toraja Utara itu.
Keberadaan JBI yang terlatih membuka peluang luas bagi teman tuli untuk mengikuti acara-acara resmi, mengakses pendidikan, hingga mendapatkan layanan publik tanpa hambatan.
Di sisi lain, profesi JBI sendiri memiliki ruang kerja yang semakin dibutuhkan di sekolah, universitas, fasilitas kesehatan, pengadilan, media, hingga berbagai acara besar. (*)
- Penulis: Desianti/Rls
- Editor: Arthur

Saat ini belum ada komentar