15 Foto Tentang “Toraja Rumah Para Leluhur” Dipamerkan di IFI Wijaya Jakarta
- account_circle Arsyad Parende/Rls
- calendar_month Ming, 31 Agu 2025
- comment 0 komentar

Forsednibudpar dan Galeri Mata Nusantara (GMN) menggelar pameran foto tentang Toraja di galeri Institut Français d’Indonésie (IFI) Wijaya, Jakarta Selatan. (Foto: dok. istimewah).
KAREBA-TORAJA.COM, JAKARTA — Di sebuah ruang galeri Institut Français d’Indonésie (IFI) Wijaya, Jakarta Selatan yang hening, cahaya lampu jatuh lembut ke dinding-dinding putih. Deretan 15 foto karya 3 fotografer tergantung; bukan sekadar karya visual, melainkan pintu menuju sebuah dunia: Toraja. Dunia di mana hidup dan mati berpelukan, di mana leluhur bukan sekadar kenangan, melainkan bagian dari keseharian.
Pameran foto bertajuk “Toraja, Rumah Para Leluhur: Tradisi yang Menantang Waktu” ini menghadirkan potret budaya Toraja dengan kedalaman yang jarang tersentuh. Setiap bidikan kamera menangkap denyut tradisi—dari kemegahan upacara Rambu Solo’, keheningan tau-tau yang berdiri gagah di tebing batu, hingga ritual Ma’nene yang membuat arwah dan keluarga kembali bersua.
“Toraja mengajarkan kita bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi perjalanan pulang. Foto-foto ini adalah upaya untuk merekam pesan itu agar tak hilang di tengah zaman,” tutur Hasiholan Siahaan, kurator pameran, dalam pembukaan di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.
Lebih dari sekadar dokumentasi, karya-karya ini menghadirkan rasa. Potret wajah-wajah tua yang penuh garis pengalaman, kerbau belang yang dihormati, anak-anak yang berlari di halaman tongkonan, semuanya menjadi jendela ke dalam jiwa masyarakat Toraja. Pengunjung bukan hanya melihat gambar, melainkan ikut menyelami filosofi Aluk Todolo, kepercayaan leluhur yang menata kehidupan dan kematian.
Menurut Ketua Pelaksana, Ian Sutisna mengatakan di era modern yang sering mengaburkan identitas, pameran ini menjadi pengingat bahwa budaya adalah jangkar. “Toraja berdiri sebagai saksi bahwa kehidupan dan kematian, dapat disatukan lewat penghormatan pada leluhur,” ujarnya.
Ester, salah satu pengunjung pameran, merasa kagum atas pameran foto yang menampilkan keindahan Budaya Tana Toraja ini. Pameran “Toraja, Rumah Para Leluhur: Tradisi yang Menantang Waktu”
“Ini bukan hanya sekadar visual, melainkan perjalanan batin Leluhur yang ditangkap sempurna melalui lensa fotografer, katanya. Seakan sebuah undangan untuk berhenti sejenak, menatap foto-foto itu, dan mendengar bisikan leluhur yang berbicara lewat cahaya,” ungkap Ester.
Pameran digelar oleh Forsednibudpar dan Galeri Mata Nusantara (GMN) ini bertujuan untuk merawat kekayaan seni budaya bangsa Indonesia dan mewariskannya kepada generasi muda melalui data dan jejak rekam digital serta memperluasnya melalui pameran foto, diskusi budaya maupun buku dan sosial media.
Gratis dan terbuka untuk umum, acara berlangsung mulai 27 Agustus – 7 September 2025. Tiga fotografer menampilkan 15 karya foto dengan tema beragam, unik, menarik dan menggugah penonton.
Selain pameran, juga diisi dengan Diskusi Budaya dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang mengupas Lunturanya nilai adat dan tradisi dimana upacara adat seperti Rambu Solo’ atau Ma’nene berpotensi ditinggalkan generasi muda karena dianggap rumit, mahal, dan memakan waktu. (*)
- Penulis: Arsyad Parende/Rls
- Editor: Arthur

Saat ini belum ada komentar