KAREBA-TORAJA.COM, MAKALE — Truk ekspedisi yang terbalik di Pa’tengko, Kecamatan Mengkendek, Tana Toraja, Minggu, 2 Januari 2022, merupakan satu dari sekian banyak peristiwa kecelakaan lalu lintas yang disebabkan karena jalan rusak di poros Enrekang-Toraja.
Sebelum-sebelumnya, cukup banyak kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan trans Sulawesi poros Enrekang-Toraja ini.
Peristiwa kecelakaan lalu lintas yang kerap terjadi di poros Enrekang-Toraja ini mendapat perhatian serius dari anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, John Rende Mangontan. Politisi Partai Golkar ini mendesak pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk segera memperbaiki dan meningkatan serta melebarkan jalan poros tersebut.
Keberadaan serta fungsi jalan poros Enrekang-Toraja ini, menurut JRM, sapaan akrab John Rende Mangontan, sangat-sangat strategis, karena selain untuk kepentingan distribusi barang dan jasa, juga merupakan jalur wisata menuju Toraja.
Kerusakan yang terjadi di jalan poros Enrekang-Toraja ini, menurut JRM, bisa diakibatkan oleh beberapa sebab, seperti berat kendaraan yang melebihi kapasitas. Kemudian ukuran kendaraan yang melewati jalan ini. Selain itu, drainase di sepanjang jalan poros ini banyak yang tidak berfungsi atau tidak ada.
“Perbaikan, pelebaran, dan peningkatan jalan poros Enrekang-Toraja ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Saya piker, Pemprov Sulsel dan pemerintah pusat mesti memberikan perhatian dan respon yang cepat terhadap hal ini,” tegas JRM, dalam keterangan pers kepada wartawan di Makale, Tana Toraja, Senin, 3 Januari 2021.
JRM menyarankan agar Balai Pengelola Transportasi Darat Kementerian Perhubungan dan Dinas PUPR Provinsi Sulsel, juga Ditlantas Polda segera duduk bersama memikirkan jalan keluar terhadap masalah kerusakan yang terjadi di jalan poros Enrekang-Toraja.
Dia menyebut, perlu dilakukan evaluasi terhadap perlakuan struktur badan jalan dengan mengacu data harian lalu lintas dan beban kendaraan yang melintasi tidak sesuai tonase jalan.
“Selanjutnya perlu evaluasi dan monitoring posisi bangunan pelengkap yang rawan longsor, terutama di beberapa segmen, sehingga perbaikan perlu di perhatikan,” katanya.
Hal lain yang menjadi perhatian JRM adalah keberadaan jembatan timbang. Menurut dia, jembatan timbang yang merupakan alat ukur mengetahui daya angkut kendaraan banyak tidak berfungsi, sehingga beban truk dengan tonase jalan tidak bisa dipantau atau diawasi.
“Dampak dari banyaknya kendaraan yang over load maupun over dimensi, ya, jalannya pasti cepat rusak, karena tidak ada keseimbangan antara beban kendaraan dengan tonase jalan,” katanya. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur
Komentar