KAREBA-TORAJA.COM, RANTEPAO — Demam Berdarah Dengue (DBD) bukanlah jenis penyakit yang baru di Toraja Utara. Ini wabah yang berulang dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, tahun 2021 yang lalu, hingga akhir bulan Juni, Dinas Kesehatan mencatat 46 kasus DBD dengan dua korban meninggal dunia. Tahun ini, di wilayah kerja Puskesmas Rantepao saja, hingga pertengahan bulan Juni, sudah 56 kasus dengan satu korban meninggal.
Itu sebabnya, pemerintah mestinya tidak boleh lengah. Tidak menunggu ada korban dulu, baru bertindak. Upaya penyuluhan akan kebersihan lingkungan, pola hidup sehat, dan pemberantasan nyamuk penyebab DBD, mesti terus dilakukan dari waktu ke waktu. Tak boleh berhenti.
BERITA TERKAIT: 56 Kasus, 1 Meninggal, Demam Berdarah di Rantepao Makin Gawat
Kemudian, pihak lain atau stakeholder terkait, seperti gereja, masjid, organisasi masyarakat, juga mesti ikut andil dalam hal edukasi atau aksi nyata dalam menjaga kebersihan sehingga nyamuk tidak berkembang biak.
Lalu, masyarakat. Ini yang perlu menjadi pehatian bersama. Semua elemen harus sadar bahwa kebersihan lingkungan itu sangat penting. Jangan membiarkan air tergenang terlalu lama sehingga nyamuk mudah bertelur dan berkembang biak. Kemudian, kalau ada sampah, jangan dilihat-lihat saja, segera pungut, bersihkan, dan letakkan di tempat sampah.
Partisipasi Mulai Muncul
Gerakan fogging massal yang dimotori oleh Crisis Centre Gereja Toraja, PMTI, dan Yayasan Kami Peduli, pada Sabtu, 18 Juni 2022 membawa angin segar bahwa pemberantasan penyakit Demam Berdarah bukan hanya tugas pemerintah semata. Tapi tugas kita bersama.
BERITA TERKAIT: Sudah 46 Kasus, 2 Meninggal karena DBD, Pemkab Toraja Utara Intensifkan Fogging
Itu sebabnya, Wakil Bupati Toraja Utara, Frederik Victor Palimbong memberikan apresiasi tinggi serta ungkapan terima kasih terhadap pastisipasi kelompok masyarakat ini.
“Saya atas nama pemerintah daerah mengucapkan banyak terima kasih atas kepedulian dari Gereja Toraja, PMTI, dan Yayasan Kami Peduli atas upaya bersama dalam fogging ini. Tapi tentu ini hanya satu dari banyak upaya pencegahan yang mesti kita lakukan,” tutur Frederik di Kantor Pusat BPS Gereja Toraja, Sabtu, 18 Juni 2022.
Dedy, sapaan akrab Frederik Victor Palimbong, lebih lanjut mengatakan bahwa setelah mengetahui waktu atau bulan dimana kasus DBD meningkat, maka semua pihak, baik pemerintah, lembaga kemasyarakatan, maupun masyarakat secara umum harus melakukan tindakan-tindakan pencegahan.
BERITA TERKAIT: Dalam 2 Bulan Peningkatan Kasus Demam Berdarah di Toraja Utara Menakutkan
Sementara itu, Pdt. Yusuf Paliling dari Crisis Centre Gereja Toraja menyampaikan bahwa ini adalah bentuk kepedulian bersama dalam memutus mata rantai demam berdarah yang telah menelan korban, baik yang saat ini dirawat di rumah sakit, maupun ada sampai meninggal.
“Kita akan bergerak bersama komponen yang punya kepedulian yang sama,” ujar Ketua 5 BPS Gereja Toraja itu.
BERITA TERKAIT: Sudah 2 Korban Meninggal, DBD di Toraja Utara Kian Mengkhawatirkan
Kepala Kantor Perwakilan Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI), Brikken L. Bonting menyampaikan bahwa PMTI begitu peduli terhadap masalah sosial kemasyarakatan yang terjadi, baik di tanah rantau, apa lagi jika terjadi di Toraja.
“Kami menerima perintah dari Ketum PMTI Bapak Mayjend TNI (Purn) Yulius Selvanus Lumbaa untuk segera bergerak secara aktif dan tanggap terhadap setiap peristiwa yang terjadi di Toraja, termasuk kasus demam berdarah ini,” tutur Brikken.
Pdt. Yosmart Tolede, Ketua Yayasan Kami Peduli menyatakan bahwa kami selalu siap dan selalu bergerak dan kesekian kalinya turun dimasyarkat dalam aksi kepedulian ini.
PMTI, Crisis Centre Gereja Toraja, dan Yayasan Kami Peduli bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Toraja Utara akan melakukan fogging massal selama sepekan ke depan di lokasi-lokasi yang ditemukan kasus Demam Berdarah. (*)
Penulis: Desianti
Editor: Arthur
Komentar