“E pia-pia da’mi mamma’ bang … millikko, millikko … talo massikola situru’turu’…”
Itu sepenggal syair lagu yang dilantunkan dengan irama merdu oleh siswa-siswi SMKS SPP Santo Paulus Makale dalam pentas drama dari Sanggar Seni Leleu, Sabtu, 5 November 2022.
Drama ini dibawakan oleh siswa-siswi SMKS SPP Santo Paulus Makale untuk memperingati hidup bahagianya Pastor Roger Leleu, CICM, pendiri SMKS SPP Santo Paulus Makale, yang dulu dikenal sebagai SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas).
Pentas seni yang ditampilkan oleh para siswa ini menghadirkan kisah-kisah kehidupan yang diadaptasi dalam konteks kekinian dengan pesan moral memotivasi para peserta didik untuk tekun dan rajin dalam menuntut ilmu. Mereka membawakan pentas, baik drama dialog maupun drama musikal dengan ritmis, indah dan menawan dalam 6 fragmen penampilan. Pastor Cornel Gervasius Batlyol bersama Ibu Heri Mellolo menjadi sutradara dan koreografi pementasan drama tersebut.
Pementasan drama Sanggar Seni Leleu merupakan rangkaian peringatan hidup bahagianya Pastor Leleu yang wafat pada 1 November 1984. Kemarin, 1 November 2022 diadakan Misa Kudus yang dipimpin Pastor Anthonius Tangnga Layuk mengenang dan mendoakan Pastor Roger Leleu serta ziarah ke makamnya di kompleks SMKS SPP Santo Paulus Makale.
Vikep Toraja, Pastor Bartholomeus Pararak, dalam kata sambutannya menekankan bahwa “Dahulu, Pastor Leleu datang jauh dari Belgia memulai sekolah pertanian di Toraja. Sekarang kita melanjutkan perjuangannya dalam memajukan dunia pendidikan dan membangun pertanian yang berkualitas itu.”
Sementara Kepala Sekolah, Ir. Rupinus Misi’ mengisahkan bahwa Pastor Leleu adalah seorang misionaris sekaligus ahli kimia. Dia membuat terobosan di bidang pertanian di Tana Toraja.
“Dia memperkenalkan cara bercocok tanam yang efektif dengan pupuk dan bibit unggul sehingga panen bisa berkelanjutan. Para petani bisa memanen padi dua kali dalam setahun. Namun upaya itu banyak ditentang oleh berbagai pihak. Namun Pastor Leleu tetap tekun dengan terobosannya di bidang pertanian dan akhirnya berhasil dengan baik,” kenangnya atas jasa beliau.
Dia pun menekankan bahwa “Sekolah pertanian yang dirintisnya menjadi garda terdepan di bidang pertanian di Toraja. Kini sekolah itu tetap hadir dan mendidik kaum muda untuk menjadi ahli di bidang pertanian dengan menggunakan teknologi modern.”
Para guru, pegawai, siswa dan alumni menyempatkan waktu khusus berziarah ke makam Pastor Leleu. Di sana mereka berdoa, meletakkan karangan bunga, menyalahkan lilin dan bernostalgia tentang figur Pastor Leleu yang kharismatik.
Pada Sabtu, 5 November 2022 diadakan pentas seni. Para siswa ternyata tidak hanya piawai di bidang pertanian dengan mengoperasikan traktor John Deere misalnya, tetapi mereka juga mampu berakting dengan menawan melalui pentas drama. Acara dibuka dengan ma’parapa’ dan atraksi etnik berupa tarian, ma’gandang dan ma’tekka-tekka (permainan tradisional egrang (bambu berbentuk tongkat dengan tumpuan kaki dari kayu) yang dikolaborasi dalam satu gerak ritmis yang anggun mempesona. Iringan gendang memadukan rangkaian gerak indah berirama dengan tarian dan ma’tekka-tekka. Semuanya dilakukan oleh siswa-siswa SMKS SPP dengan cekatan dan telaten. Selanjutnya ditampilkan drama dengan judul “Gandang Tandi” yaitu kisah seorang bernama Tandi yang suka berbohong. Pesan moral dari kisah ini adalah kebiasaan berbohong adalah perbuatan yang tercela. Setelah penonton disadarkan akan pesan moral kisah Gandang Tandi, mereka pun disuguhi kisah drama “Duo Banne” dan “Panora” yang menampilkan kemampuan akting para siswa dengan sangat baik. Mereka mampu memerankan figur-figur drama itu sehingga pesan-pesan moralnya mudah dipahami oleh audiens, antara lain, kenakalan akan mendapatkan hukuman yang setimpal dan tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik. Pesan-pesan moral ini menjadi “message” dari drama tersebut sebagai sebuah medium untuk menggali kisah-kisah tradisional Toraja di mana nilai-nilai moral yang mendidik dan membentuk karakter diri terselip di balik tokoh-tokoh ceritanya. Filosofi tanam-tanaman yang tidak pernah berbohong dalam kehidupan ini menjadi latar belakang pentas drama Sanggar Seni Leleu.
Akhirnya pentas diteguhkan dengan drama musikal yang memadukan ma’lambuk, ma’tirra’, massuling dan menari. Kemampuan sutradara memasukan semua unsur itu dalam satu gerak ritmis yang harmonis mengundang decak kagum penonton. Ajakan untuk menjauhkan kemalasan dari generasi millenial dan motivasi untuk menjadikan pendidikan sebagai jembatan emas perubahan dikumandangkan dengan sangat baik lewat drama musikal “E Pia-pia!” Ternyata siswa-siswi SMKS SPP Santo Paulus Makale mampu menampilkan dua sisi skill mereka: piawai dalam mengolah tanah pertanian dan memiliki kemampuan akting yang membanggakan. Para tamu undangan antara lain, para pastor, frater, suster, seminaris dan alumni memberikan apresiasi yang tinggi untuk Sanggar Seni Leleu ini.
Khristina Marampa’ sebagai alumnus pertama sekaligus mewakili alumni menyatakan kegembiraan serta kebanggannya bahwa “Kami alumni sungguh bangga bahwa sekolah yang didirikan oleh Pastor Leleu ini tetap eksis sampai saat ini. Semoga ke depan sekolah ini semakin berkembang dalam mendidik siswa-siswi yang tangguh, berkualitas dan berkarakter baik.”
Penulis: P. Aidan P. Sidik – Ketua Yayasan Tani Palisu Padang
Komentar