Pohon Beringin yang Tumbang di Jalan Poros Tarongko Belum Dievakuasi, Masyarakat Minta Diritualkan Dulu

KAREBA-TORAJA.COM, MAKALE — Satu pohon Beringin (Toraja: Barana’) berukuran besar, tumbang di Kelurahan Tarongko, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Senin, 28 Maret 2022 dinihari.

Pohon Beringin yang tumbang itu melintang dan menghalangi jalan poros Tarongko. Sehingga kendaraan roda dua maupun empat tidak bisa melintas.

Hingga Senin, 28 Maret 2022 petang, batang, dahan, dan ranting pohon tersebut belum dipotong dan dievakuasi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja, Alfian Andi Lolo, yang dikonfirmasi kareba-toraja.com, Senin malam, mengatakan bahwa pada Senin pagi menjelang siang, personil dari BPBD Tana Toraja sudah datang ke lokasi untuk melakukan evakuasi. Namun proses evakuasi batal dilaksanakan atas permintaan masyarakat setempat.

Baca Juga  Kelulusan PPPK Nakes Dianulir, BKPSDM Tana Toraja Salahkan Aplikasi

“Waktu anggota saya sampai di sana, masyarakat larang, jangan dipotong atau dipindahkan dulu, karena katanya mau diritualkan dulu,” terang Alfian.

“Katanya masih ada orang yang biasa melakukan ritual di pohon itu,” kata Alfian lebih lanjut.

Alfian menyebut, pihaknya memenuhi permintaan masyarakat agar pohon tersebut tidak dievakuasi dulu. “Rencana besok, masyarakat mau bicarakan dulu, kapan ritualnya dilaksanakan. Setelah ritual terlaksana, baru kita evakuasi,” kata Alfian.

Dimintai pendapatnya, praktisi budaya Toraja, Anta Masakke, mengatakan jika pohonya tumbang dengan sendirinya, mestinya tidak perlu ada ritual. Apalagi kalau pohon yang tumbang itu menghalangi kepentingan orang banyak.

“Kalau (pohon) tumbang sendirinya, harusnya dibersihkan saja, supaya masyarakat bisa lewat di jalan. Kecuali kalau itu sengaja memang mau ditebang, ya mesti ada ritual. Sama seperti Sendana di halaman Tongkonan, jika mau ditebang, perlu dilakukan ritual,” terang Anta Masakke, Senin malam.

Baca Juga  Curi Motor di Makale, Resedivis Ini Ditangkap di Rumah Calon Istri

Jika memang perlu dilaksanakan ritual, lanjut Anta, tidak mengapa bagian-bagian kayu yang menghalang jalan, dibersihkan saja dulu. “Nanti bagian pokok ujung kayu kalau mau dipindahkan, lalu masyarakat bicara masalah ritual,” katanya. (*)

Penulis: Desianti
Editor: Arthur

Komentar